Menggeluti wirausaha dalam bidang apapun, kemampuan manajemen usaha mutlak dibutuhkan. Tak sedikit usaha kecil maupun besar yang gulung tikar karena kesalahan dalam pengelolaan usahanya. Manajemen yang buruk seringkali menyebabkan usaha sulit berkembang, mati suri, dan akhirnya usaha tinggal nama.
Berbicara manajemen sebenarnya bukanlah sesuatu yang menakutkan, karena para ahli-pun menganggap manajemen adalah seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Termasuk Deming, orang Amerika yang dianggap sebagai Bapak Kontrol Kualitas di Jepang, berpendapat bahwa kebanyakan permasalahan dalam kualitas bukan berasal dari kesalahan pekerja, melainkan sistemnya.
Sistem merupakan kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan yang berada dalam suatu wilayah. Jika wilayah itu berada dalam ranah wirausaha berarti hubungan berbagai sumber daya yang ada dalam usaha tersebut, baik sumber daya manusia, peralatan, modal dan lain-lain. (Baca juga : 7 Macam Managemen Usaha Yang Perlu Anda Tahu)
Henry Fayol (1925), seorang industrialis asal Perancis telah menggagas prinsip manajemen yang dapat diterapkan dan dijadikan sebagai kaidah dasar dalam wirausaha. 14 prinsip yang dicetuskannya ini secara garis besar bersifat fleksibel, artinya dapat disesuaikan dengan kondisi dan situasi dunia wirausaha yang bersifat dinamis.
1. Devision of work (Pembagian Kerja)
Wirausaha adalah tentang kerja dengan banyak orang meski usaha tersebut merupakan usaha perseorangan. Pembagian kerja dengan melibatkan orang-orang yang kompeten di bidangnya akan mampu mendorong usaha lebih maju jika dibandingkan dengan wirausaha yang segalanya dikerjakan sendiri.
Istilah the right man in the right place sangat relevan dengan prinsip manajemen yang pertama ini. Saling melengkapi diantara kelebihan dan kekurangan masing-masing orang akan sangat berdampak pada kestabilan, kelancaran, efektivitas dan efesiensi kerja.
2. Authority and responsibility (Kewenangan dan Pertanggungan Jawab)
Ketika pembagian kerja telah dilakukan, memberikan kewenangan dan pertanggungan jawab kepada orang-orang yang terlibat dalam wirausaha juga tidak kalah penting, inilah fungsinya kerjasama dalam sebuah tim.
Kewenangan dan pertangungan jawab merupakan satu paket yang harus seimbang sebagaimana hak dan kewajiban. Semakin kecil wewenang seseorang maka semakin kecil pula pertanggungan jawab yang harus diemban.
3. Discipline (Disiplin),
Setelah seseorang diberi kewenangan dan tanggung jawab, disiplin menjadi kunci utama agar semua kewenangan yang telah diberikan dapat dijalankan dengan baik.
Disiplin merupakan sebuah sikap taat, kesungguhan hati, rajin, siap setia, dan patuh terhadap wewenang dan pertanggungan jawab yang telah diemban.
Kedisiplinan dalam manajemen wirausaha harus bisa menjadi ruh dalam tubuh usaha tersebut, hal ini dimaksutkan agar tidak terjadi tumpang tindih wewenang dan pertanggungan jawab yang dapat mengacaukan segalanya.
4. Unity of command (kesatuan perintah/komando)
Dalam menjalankan roda usaha agar berjalan dengan baik setiap orang harus dapat menempatkan diri sesuai dengan kewenangannya.
Prinsip manajemen keempat, kesatuan perintah adalah tidak ada dualisme perintah yang diterima bawahan dalam melakasanakan pekerjaannya. Mereka yang menempati posisi bawahan harus tahu kepada siapa ia harus bertanggung jawab, perintah yang datang dari manajer lain yang berpotensi merusak jalannya wewenang dan tanggung jawab serta pembagian kerja bisa ditolak dengan demi kebaikan bersama. Untuk itulah setiap orang yang terlibat dalam wirausaha tersebut harus benar-benar paham dengan jalannya fungsi personalia.
5. Unity of direction (Kesatuan Arah Gerak)
Kesatuan arah gerak dalam manajemen wirausaha terkait erat dengan struktur organisasi yang ada dalam usaha tersebut. Dalam prinsip manajemen ini setiap orang yang mengemban tanggung jawab pekerjaan mepunyai tujuan dan sasaran yang sama dalam satu rencana yang dikepalai oleh seorang manajer.
Atasan perlu memberi arahan dan perintah pada bawahan agar tidak menimbulkan arah yang berlawanan. Alur yang jelas sangat dibutuhkan agar masing-masing orang dapat mengetahui batas wewenang dan tanggung jawabnya.
Pelaksanaan kesatuan arah gerak (unity of directiion) ini tidak dapat terlepas dari pembagian kerja, wewenang dan tanggung jawab, disiplin, dan kesatuan perintah.
6. Subordination of individual interest to generala interest (Mengutamakan Kepentingan Umum Diatas Kepentingan Pribadi)
Yang dimaksud dalam kepentingan umum disini adalah kepetingan perusahaan. Setiap orang yang ada didalamnya harus mampu menekan egonya dan mengabdikan kepentingannya kepada kepentingan perusahaan.
Atasan yang mampu memberikan semangat kerja dan memberi rasa nyaman pada bawahannya biasanya akan lebih sukses membangun kesadaran bawahannya untuk dapat mengabdikan kepentingan pribadi kepada kepentingan organisasi perusahaan. Bila terjadi konflik kepentingan didalamnya, maka manajemen berfungsi untuk mendamaikannya.
7. Remuneration of personnel (pemberian gaji para pegawai)
Imbal balik yang layak menjadi titik fokus pada prinsip manajemen ini. Dalam hal ini perusahaan selayaknya melakukan pembayaran upah dengan cara yang adil dan memberikan kepuasan yang maksimum bagi pegawai, karena hal ini merupakan kompensasi yang menentukan terwujudnya kelancaran dalam bekerja.
Dengan sistem upah/gaji yang memuaskan tentu akan berdampak etos kerja yang dimiliki karyawan.
8. Centralization (Prinsip Manajemen Pemusatan)
Pemusatan disini merupakan pemusatan wewenang dalam suatu kegiatan perusahaan. Dari pemusatan wewenang tersebut maka akan menimbulkan pemusatan tanggung jawab, dan tanggung jawab paling besar diemban oleh orang yang memiliki wewenang tertinggi, yakni manajer puncak.
Pemusatan bukan berarti adanya kekuasaan mutlak dalam menggunakan wewenang, pemusatan ini bertujuan untuk mencegah tumpang-tindih wewenang dan tanggung jawab.
9. Chain of command (hirarki/rangkaian perintah)
Dalam pengelolaan manajemen organisasi perusahaan, pembagian kerja secara otomatis akan melahirkan sebuah hirarki atasan dan bawahan. Hirarki ini diukur dari wewenang masing-masing orang yang ada didalamnya sehingga setiap orang akan mengetahui kepada siapa ia harus bertanggung jawab dan dari siapa ia mendapat perintah.
Dengan adanya hirarki ini diharapkan adanya satu komando (unity of direction) dari atas ke bawah dan untuk menjamin adanya komunikasi dua arah (two way communications).
10. Order. (Tata tertib)
Ketertiban dalam wirausaha dapat terwujud apabila seluruh orang didalmnya mempunyai disiplin yang tinggi. Oleh karena itu, ketertiban dan disiplin sangat dibutuhkan dalam mencapai tujuan perusahaan.
Prinsip manajemen yang berupa tata tertib menurut Fayol dibagi atas ketertiban material dan ketertiban sosial. Harus diadakan tempat untuk tiap orang maupun barang dan supaya tiap orang maupun barang harus ada pada tempatnya.
Fayol mengatakan “aplace for everything (every one) and everything (every one) in its (his) place”
11. Equity (keadilan dan Kejujuran)
Keadilan dan kejujuran merupakan salah satu syarat untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Keadilan dan kejujuran terkait dengan moral karyawan dan tidak dapat dipisahkan. Keadilan dan kejujuran harus ditegakkan mulai dari atasan karena atasan memiliki wewenang yang paling besar. Manajer yang adil dan jujur akan menggunakan wewenangnya dengan sebaik-baiknya untuk melakukan keadilan dan kejujuran pada bawahannya.
Prinsip manajemen ini menurut Fayol dianggap sebagai sesuatu yang menimbulkan kesetiaan dan ketaatan bawahan dengan jalan mengkoordinasikan kebaikan dan keadilan para manajer dalam memimpin bawahannya, sehingga menimbulkan rasa tunduk terhadap kekuasaan dari pihak atasan.
12. Stability of tenure of personel (Stabilitas Kondisi Kepegawaian),
Kestabilan kondisi karyawan dapat diciptakan dengan cara meningkatkan disiplin dan ketertiban kerja yang baik. Kondisi karyawan yang stabil ini adalah untuk menghindarkan labor turn over yang tidak dikehendaki, karena hal ini dapat mengakibatkan ongkos-ongkos tinggi dalam produksi.
13. Initiative (Inisiatif/Prakarsa)
Prakarsa timbul dari dalam diri seseorang yang menggunakan daya pikir. Prakarsa menimbulkan kehendak untuk mewujudkan suatu yang berguna bagi penyelesaian pekerjaan dengan sebaik-beiknya. Jadi dalam prakarsa terhimpun kehendak, perasaan, pikiran, keahlian dan pengalaman seseorang. Oleh karena itu, setiap prakarsa yang datang dari karyawan harus dihargai.
Prakarsa (inisiatif) mengandung arti menghargai orang lain, karena itu hakikatnya manusia butuh penghargaan. Setiap penolakan terhadap prakarsa karyawan merupakan salah satu langkah untuk menolak gairah kerja. Oleh karena itu, seorang manajer yang bijak akan menerima dengan senang hati prakarsa-prakarsa yang dilahirkan karyawannya.
14. Esprit de corps (Kekompakan Kelompok)
Setiap karyawan harus memiliki rasa kesatuan, yaitu rasa senasib sepenanggungan sehingga menimbulkan semangat kerja sama yang baik.
Semangat kesatuan akan lahir apabila setiap karyawan mempunyai kesadaran bahwa setiap karyawan berarti bagi karyawan lain dan karyawan lain sangat dibutuhkan oleh dirinya.
Manajer yang memiliki kepemimpinan akan mampu melahirkan semangat kesatuan (esprit de corp), sedangkan manajer yang suka memaksa dengan cara-cara yang kasar akan melahirkan friction de corp (perpecahan dalam korp) dan membawa bencana
sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar